Senin, 10 Desember 2012

Kajian sejarah islam di Jazirah Al-Mulk (Maluku)

Salah Satu Al-Quran di Asia Tenggara yg berusia 800 tahun, Al Quran tua milik kesultanan Ternate, Al Quran tua ini terbuat dari kulit kayu berisikan ayat-ayat Allah lengkap 30 juz (114 surat) dengan pembungkus berupa kotak dari kayu Al-Quran kuno ini dibawa ke Alor Besar pada 1519 M oleh Iang Gogo yang merantau bersama keempat saudaranya dengan misi penyebaran Agama Islam hingga ke Alor. Al Quran ini dibawa pada masa Kesultanan Babullah ke-5 bersaudara berlayar dari Ternate dengan menggunakan perahu layar yang menurut riwayat bernama Tuma Ninah, yang berarti berhenti atau singgah sebentar.
Al Quran tersimpan di rumah pondok sekitar tahun 1982, saat itu, terjadi kebakaran besar yang melanda rumah pondok tempat menyimpan Al Quran tua ini yang menghanguskan seluruh bangunan dan dan isi rumah termasuk semua benda-benda peninggalan Ia Gogo yang dibawa dari Ternate.
Namun Alhamdulillah , Al Quran tertua ini tidak terbakar dan hingga saat ini masih tetap terawat dan utuh ,sampai sekarang masih tetap terjaga di Kedaton Kesultanan Ternate.


Kelahiran Ja’far Ash Shadiq
Apa yang telah diisyaratkan oleh Allah SWT melalui wahyu kepada Rasulullah SAW di Gua Tsur bersama sahabat Abu Bakar adalah manifestasi dari isyarat “NUR” yang terlimpah dari hajaratnya yang suci untuk membuktikan kebenaran dari pada “Isyarat wahyu Allah” itu tentang kehadiran “Ja’far Ash Shadiq” bahwa ia dari keturunan Rasulullah SAW yang juga menjelang kehadirannya melalui “AMINAH” telah diisyaratkan lewat para Nabi-nabi sebelumnya.

Ja’far Ash Sahadiq atau yang lebih populer di Maluku Utara ialah dengan nama “Nuh Ja’farus Shadiq” lahir di Madinah dalam malam Jum’at bulan Rajab tahun 83 H. atau 702 Masehi dari ibunya bernama “Farwah binti Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar Ash Shiddiq dan dari bapaknya, Muhammad bin Ali Zainul Abidin bin Al Huasin bin Ali bin Abi Thalib.

Sejarah islam barangkali belum pernah mencatat tentang masuknya Islam di Maluku (Al Mamlakatul Mulukiyyah) dengan pelaku sejarahnya “Imam Ja’far Ash Shadiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainul Abidin, bin Al Husain bin Ali bin Abi Thalib pada kira-kira 125 H atau 744 M.

Sejarah perjuangan Imam Ja’far Ash Shadiq lebih banyak dikenal di Medinah dan Irak sekitarnya dalam usaha mengembalikan citra Islam yang telah dikaburkan oleh orang-orang Arab sendiri. Sedangkan hijrahnya ke Al Ghafilin (Gapi) sampai terbentuknya pemerintahan “Al Mamlakatul Mulukiyyah” jelas tidak akan diketahui orang sebab perjalannya melalui “Mi’raj” yang dimulai dari “GUA TSUR” kemudian diperjalankan dan Allah SWT memberkahi sekelilingnya tanda-tanda kekuasaan-Nya yang selanjutnya menjadi dasar perjuangannya dan berakhir di Al Ghafilin (GAPI), tepatnya di FORAMADIAHI pada awal “FAJAR” sekaligus melaksanakan Shalat Shubuh (bandingkan Namanya, Shalatnya dan waktu subuhnya) adalah “Totalitas” yang bukan lain daripadanya. Satu kemungkinan yang barangkali dapat diterima akal manusia ialah selama masa persembunyian beliau yang jelas tidak diketahui orang, kecuali Allah SWT karena “kodrat dan Iradat-Nya” untuk mengembangkan Islam dan Risalahnya di Timur Jauh yang dimulainya di Al Ghafilin (GAPI). Kemungkinan yang lain ialah bahwa Imam Ja’far sendiri tentu tidak akan memberitahukan persembunyiannya dan maksud hatinya sendiri, kecuali kalau para ilmuan dan ahli-ahli sejarah Islam kembali mengkaji dan mengartikan maksud dari sebuah “Hadits” Nabi SAW. Yang kurang lebih berbunyi sebagai berikut :
“ Akan datang suatu zaman (Sya’ti zamani) Dia (Ja’far Ash Shadiq) dari keturunanku dikemudian hari melalui anakku (Putriku) Fatimatuz Zuhriyyah, akan membuat perubahan yang besar di Timur, (sambil jari telunjuk Nabi SAW menunjuk ke arah Timur)”.
 
Jika Kita menarik Garis lurus dari Madinah, Bintang di sebelah Timur adalah pasti melewati Nusantara ini .
- Jika Waktu dunia jadi berkiblat di Makkah bukan Inggis, tengahnya adalah Nusantara ini Kalau saya bilang nusantara bukan hanya indonesia dan malaysia saja tapi mencakup filipina dan thailand bagian selatan
. Berarti 0 derajat di Makkah dan Timur sudut 45 derajat adalah Nusantara ini.
- Sahabat yang paling dekat dengan Rasulullah saw adalah Sayyidina Abu Bakar ra, Sayyidina Abubakar memiliki cicit Asma binti Abdurrahman bin Abu Bakar Ash Shiddiq dan Ummu Farwah binti Al Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar Ash Shiddiq. Ummu Farwah ini adalah Ibu dari pada Imam Ja`far bin Muhammad bin Ali Zainal Abidin bin Al Husain bin Ali bin Abu Thalib. Sehingga beliau mencela kaum Syiah yang menghina Datuknya Abu Bakkar Assyidiq ra. dan mengatakan
"Aku dilahirkan oleh Abu Bakar dua kali. (Syiar `A`lam An Nubala : 259)
Imam-imam inilah yang menjadi Datuk Para
Sultan Nusantara,Wali, Ulama Nusantara, termasuk Wali Songo.

Hubungkan hadits ini dengan isyarat wahyu Allah SWT kepada Nabi ketika bersama sahabat “ABU BAKAR RA” di Gua Tsur tempo dulu. Siapa saja, boleh tidak menerima sepanjang dapat memberikan alasan-alasan dan argumen-argumen yang tepat dan dapat diterima akal yang sehat dan jangan karena didorong oleh nafsu atau karena sesuatu kepentingan.
Al Ghafilin dan Gapi versi Ternate, barangkali merupakan bukti kebenaran itu, karena selain mempunyai arti yang sama yaitu “yang dilupakan” juga ucapannya yang hampir bersamaan. Begitu pula kalau kita melirik bukti yang lain seperti yang terdapat dalam bagian awal dari Firman Allah SWT berikut ini : “Tubaddilul Ajasadu” dan kata “FORAMADIAHI” yang juga mengandung arti yang sama yaitu “Tergantu atau tersalin”. Sebuah ungkapan dalam bahasa tradisional Ternate yang diciptakan oleh Imam Ja’far Ash Shadiq sekaligus membenarkan pengetahuan Ushuluddin dengan Empat Maqam Tauhid, ialah berbunyi sebagai beriku :
“ NAKO KOKO TOMA SIFAT GE TOMA ZAT MA GONAGA
Artinya ; Apabila berdiri “sifat” itu kepada “zat”.
Selanjutnya maka : - Kodrat Menjadi Kadirun
- Iradat menjadi Maridun
- Ilmu menjadi Aliimun
- Hayat menjadi Hayyun
- Syama’a menjadi Syamii’un
- Basyaar menjadi Basyiirun
- Kalam menjadi Mutakallimun
Sifat “MA-ANI” yang dikarenakan oleh sifat “MAANAWIYAH” yaitu sifat yang melajimi sifat Maanawiyah menjadi nama zat itu, karena kaya akan zat Allah sehingga berlajim-lajiman, sebagaimana besi disepuh api dimanakah besi dan dimana pula api.jadi itulah besi dan itu pula api. Tiada perbedaan keduanya.
“ JAGA ELI LAHA-LAHA SENIRONGA MAANAWIA “
Artinya “ Ingatlah baik-baik, karena namamu Maanawia”
“ TO TUM NGOLO KADIM TO SIBALA RAHASIA ”
Artinya : Aku tenggelam/berenang dilaut Kadim, dan saya timbul didalam rahasia
Itulah tujuh laut yaitu : Laut Akal, alaut Pikir, laut Ilmu, laut Sabar, laut Tawakkal, laut Roh dan Hikmah, kemudian ia bersabda didalam rahasia-Nya (Kebaqaan Allah).
Firman Allah : Wa fi An Fusikum afala tubairun
Inilah beberapa bukti tentang kehadiran Imam Ja’far Ash Shadiq di Tanah GAPI (AL GHAFILIN), tegasnya di Al Mamlakatul Mulukiyyah atau Maluku sekarang ini. Ia diperjalankan dengan ilmu Allah SWT karena “kodrat dan iradat” dan ia memiliki kemampuan ilmu yang luar biasa baik dalam bentuk bahasa agama maupun dalam bentuk bahasa tradisional (Ternate) yang khas dan semua itu adalah firman dan hadits-hadits “qudai” yang disusun dalam bahasa tradisional Ternate oleh “Imam Asy Syarief Rafi’ah Tasyriiful Ja’far Ash Shadiq sebagai Lambang Kesultanan Al Mamlakatul Mulukiyyah”. Masih banyak lagi ungkapan-ungkapan Agama Tauhid ini, namun hanya sebagai perkenalan dan sekedar membuktikan kehadiran beliau di Maluku Utara yang selanjutnya sebagai sumber “Embrio” atau “Sumber Keturunan” para Ulama turun-temurun yang telah memenuhi Bumi Persada Nusantara ini, bahkan sampai keluar negeri.

“ DARA TOLEFO MAPILA SORO GUDU TO NONAKO “
Artinya : Burung dara yang telah aku tuliskan pada sayapnya, sekalipun ia telah terbang jauh aku tetap mengenalnya
Kalimat tersebut mengandung dua sasaran pengertian yaitu :
Pertama : Bahwa Allah SWT perlu dan harus dikenal, karena awal agama itu mengenal akan Allah-Taala
Kedua : Bahwa keturunanku telah Aku beri tanda (ilmu dan hikmah sekalipun keturunan yang sudah jauh turun-temurun, tetapi Aku akan mengenal mereka
“ DARA NGORI RI PIARA, GE SORO YORI DAGO-DAGO “
Artinya : Burung dara yang Aku pelihara, sekalipun kemudian ia terbang, tetapi ia akan tetap dalam kecintaanku karena belahan jantungku.
Kalimat ini mengibaratkan bahwa Allah SWT tetap bersama aku sampai pada akhirnya Aku wafat kembali ke Rahmat Allah. DIA tetap bersama aku.
Dalam pengertiannya yang lain, bahwa keturunanku yang aku pelihara sejak kecil, sekalipun mereka sudah menurunkan keturunannya yang banyak dan terpencar-pencar ke negeri-negeri lain, namun mereka adalah kecintaanku, buah-buah hatiku dan bagian dari aku.
Imam Ja’far Ash Shadiq, sungguh banyak sekali jasanya di Maluku Utara dan terkenal sebagai “LEGENDARIS MOLOKU KIE RAHA” yang sangat dicintai rakyatnya. Sebagai Sultan di AL MAMLAKATUL MULUKIYYAH, ia diberi gelar “Asy Syarief Raf’ah Tasriful Ja’far Ash Shadiq dimana salah satu ucapannya ketika memproklamirkan pemerintahannya, berbunyi sebagai beriku :
Artinya : Mula-mula telah datang seorang Ulama Asy Syaref Rafi’ah Tasyriful Ja’far Ash Shadiq yang Mulia untuk melaksanakan da’wah Islam. Dan kami “Karuniai” (tetapkan) dengan musyawarah atas Sultan-Sultan bersama Ulama Ja’far Ash Shadiq, menjalankan hukum Islam dan Syariat
Sebuah “Momentum” dari 4 (empat) jalan menuju Allah SWT telah disatukan dalam Ikatan tradisional “Moloku Kie Raha” dan sebagai dasar pemerintahan “Al Mamlakatul Mulukiyyah” yang telah disahkan oleh pemimpin Spritual “Imam Asy Syarief Rafi’ah Tasyriiful Ja’far Ash Shadiq” pada hari selasa 21 Rabiul Akhir ± 135 H / 754 M. yang selanjutnya mengamanatkan kepada Putra-Putra beliau yang telah dinobatkan menjadi Pemimpin (Sultan) pada masing-masing negeri mereka, yaitu :
1. Syari’at keapada Putra Muhammad Al Baqir di Al Makkiyah (Makian)./kini dipindahkan ke jailolo
2. Hakekat kepada Putra Achmad Shaani, di Al Maoti (P. Moti)./dipindahkan ke bacan
3. Tarekat kepada Putra Muhammad Nuukil, di Tadurrunal Adzaba (Tidore).
4. Ma’rifat kepada Putra Muhammad Nurus Syafar di Tirnatil (Ternate).
Banyak versi bermunculan kepermukaan khususnya mengenai sejarah yang satu ini sehingga mengundang berbagai tanggapan dengan masing-masing argumentasi yang berbeda-beda. Baik itu datangnya dari orang-orang Pribumi sendiri yang mendiami negeri ini turun-temurun, maupun yang datangnya dari negeri lain, yang tidak mengerti bahasa daerah Ternate atau sekitarnya.

Ada yang mengatakan namanya Jafar Noh yaitu Nabi yang terdampar dengan Bahteranya, yang pada masa itu bumi masih lembut. Ada yang mengatakan Baab Mansur alias Ja’far Shadiq sebagai Kolano Matiti. Kesimpang siuran ini karena belum mengenal siapa sebenarnya “Imam Ja’far Ash Shadiq”. Dari mana asal-usulnya, dari mana datangnya, mengapa dia harus datang dan bagaimana ia datang ke negeri ini dan bagaiamana selanjutnya.

Banyak diantara mereka hanya menceritakan begitu saja tanpa menganalisa, mengkaji ungkapan-ungkapan tradisional di Moloku Kie Raha (Maluku Utara) ini, terus memberikan “persepsi” tanpa alasan dan bahkan cerita-cerita rakyat yang diterima diterjemahkan menurut pikirannya sendiri, pada hal ini harus diterjemahkan kembali karena “Mutasabihat” (Pluralistik).

Ada yang lebih parah lagi karena langsung mengutip dari tulisan Orientalis Barat yang memang sudah menyimpang jauh dari karunia sejarahnya sebab bagaimanapun mereka adalah musuh Islam tempo dulu, dimana tahun, nama pemimpin (Sultan) dipasang bolak-balik dengan maksud menghilangkan jejak Islam di Maluku khususnya dan indonesia umunya. Seperti menghilangakn nama ulama sekaligus pejuang islam maluku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar