Kelahiran Ja’far Ash Shadiq
Apa yang telah diisyaratkan oleh Allah SWT
melalui wahyu kepada Rasulullah SAW di Gua Tsur bersama sahabat Abu Bakar
adalah manifestasi dari isyarat “NUR” yang terlimpah dari hajaratnya yang suci
untuk membuktikan kebenaran dari pada “Isyarat wahyu Allah” itu tentang
kehadiran “Ja’far Ash Shadiq” bahwa ia dari keturunan Rasulullah SAW yang juga
menjelang kehadirannya melalui “AMINAH” telah diisyaratkan lewat para Nabi-nabi
sebelumnya.
Ja’far Ash Sahadiq atau
yang lebih populer di Maluku Utara ialah dengan nama “Nuh Ja’farus Shadiq”
lahir di Madinah dalam malam Jum’at bulan Rajab tahun 83 H. atau 702 Masehi
dari ibunya bernama “Farwah binti Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar Ash Shiddiq
dan dari bapaknya, Muhammad bin Ali Zainul Abidin bin Al Huasin bin Ali bin Abi
Thalib.
Sejarah islam barangkali belum pernah
mencatat tentang masuknya Islam di Maluku (Al Mamlakatul Mulukiyyah) dengan
pelaku sejarahnya “Imam Ja’far Ash Shadiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainul
Abidin, bin Al Husain bin Ali bin Abi Thalib pada kira-kira 125 H atau 744 M.
Sejarah perjuangan Imam Ja’far Ash Shadiq
lebih banyak dikenal di Medinah dan Irak sekitarnya dalam usaha mengembalikan
citra Islam yang telah dikaburkan oleh orang-orang Arab sendiri. Sedangkan
hijrahnya ke Al Ghafilin (Gapi) sampai terbentuknya pemerintahan “Al Mamlakatul
Mulukiyyah” jelas tidak akan diketahui orang sebab perjalannya melalui “Mi’raj”
yang dimulai dari “GUA TSUR” kemudian diperjalankan dan Allah SWT memberkahi
sekelilingnya tanda-tanda kekuasaan-Nya yang selanjutnya menjadi dasar
perjuangannya dan berakhir di Al Ghafilin (GAPI), tepatnya di FORAMADIAHI pada
awal “FAJAR” sekaligus melaksanakan Shalat Shubuh (bandingkan Namanya,
Shalatnya dan waktu subuhnya) adalah “Totalitas” yang bukan lain daripadanya.
Satu kemungkinan yang barangkali dapat diterima akal manusia ialah selama masa
persembunyian beliau yang jelas tidak diketahui orang, kecuali Allah SWT karena
“kodrat dan Iradat-Nya” untuk mengembangkan Islam dan Risalahnya di Timur Jauh
yang dimulainya di Al Ghafilin (GAPI). Kemungkinan yang lain ialah bahwa Imam
Ja’far sendiri tentu tidak akan memberitahukan persembunyiannya dan maksud
hatinya sendiri, kecuali kalau para ilmuan dan ahli-ahli sejarah Islam kembali
mengkaji dan mengartikan maksud dari sebuah “Hadits” Nabi SAW. Yang kurang
lebih berbunyi sebagai berikut :
“ Akan datang suatu zaman (Sya’ti zamani)
Dia (Ja’far Ash Shadiq) dari keturunanku dikemudian hari melalui anakku
(Putriku) Fatimatuz Zuhriyyah, akan membuat perubahan yang besar di Timur,
(sambil jari telunjuk Nabi SAW menunjuk ke arah Timur)”.
Jika Kita menarik Garis lurus dari Madinah,
Bintang di sebelah Timur adalah pasti melewati Nusantara ini .
- Jika Waktu dunia jadi berkiblat di Makkah bukan Inggis, tengahnya adalah Nusantara ini Kalau saya bilang nusantara bukan hanya indonesia dan malaysia saja tapi mencakup filipina dan thailand bagian selatan. Berarti 0 derajat di Makkah dan Timur sudut 45 derajat adalah Nusantara ini.
- Sahabat yang paling dekat dengan Rasulullah saw adalah Sayyidina Abu Bakar ra, Sayyidina Abubakar memiliki cicit Asma binti Abdurrahman bin Abu Bakar Ash Shiddiq dan Ummu Farwah binti Al Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar Ash Shiddiq. Ummu Farwah ini adalah Ibu dari pada Imam Ja`far bin Muhammad bin Ali Zainal Abidin bin Al Husain bin Ali bin Abu Thalib. Sehingga beliau mencela kaum Syiah yang menghina Datuknya Abu Bakkar Assyidiq ra. dan mengatakan
"Aku dilahirkan oleh Abu Bakar dua kali. (Syiar `A`lam An Nubala : 259)
Imam-imam inilah yang menjadi Datuk Para Sultan Nusantara,Wali, Ulama Nusantara, termasuk Wali Songo.
- Jika Waktu dunia jadi berkiblat di Makkah bukan Inggis, tengahnya adalah Nusantara ini Kalau saya bilang nusantara bukan hanya indonesia dan malaysia saja tapi mencakup filipina dan thailand bagian selatan. Berarti 0 derajat di Makkah dan Timur sudut 45 derajat adalah Nusantara ini.
- Sahabat yang paling dekat dengan Rasulullah saw adalah Sayyidina Abu Bakar ra, Sayyidina Abubakar memiliki cicit Asma binti Abdurrahman bin Abu Bakar Ash Shiddiq dan Ummu Farwah binti Al Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar Ash Shiddiq. Ummu Farwah ini adalah Ibu dari pada Imam Ja`far bin Muhammad bin Ali Zainal Abidin bin Al Husain bin Ali bin Abu Thalib. Sehingga beliau mencela kaum Syiah yang menghina Datuknya Abu Bakkar Assyidiq ra. dan mengatakan
"Aku dilahirkan oleh Abu Bakar dua kali. (Syiar `A`lam An Nubala : 259)
Imam-imam inilah yang menjadi Datuk Para Sultan Nusantara,Wali, Ulama Nusantara, termasuk Wali Songo.
Hubungkan hadits ini dengan isyarat wahyu Allah SWT kepada Nabi ketika bersama sahabat “ABU BAKAR RA” di Gua Tsur tempo dulu. Siapa saja, boleh tidak menerima sepanjang dapat memberikan alasan-alasan dan argumen-argumen yang tepat dan dapat diterima akal yang sehat dan jangan karena didorong oleh nafsu atau karena sesuatu kepentingan.
Al Ghafilin dan Gapi versi Ternate,
barangkali merupakan bukti kebenaran itu, karena selain mempunyai arti yang
sama yaitu “yang dilupakan” juga ucapannya yang hampir bersamaan. Begitu pula
kalau kita melirik bukti yang lain seperti yang terdapat dalam bagian awal dari
Firman Allah SWT berikut ini : “Tubaddilul Ajasadu” dan kata “FORAMADIAHI” yang
juga mengandung arti yang sama yaitu “Tergantu atau tersalin”. Sebuah ungkapan
dalam bahasa tradisional Ternate yang diciptakan oleh Imam Ja’far Ash Shadiq
sekaligus membenarkan pengetahuan Ushuluddin dengan Empat Maqam Tauhid, ialah
berbunyi sebagai beriku :
“ NAKO KOKO TOMA SIFAT GE TOMA ZAT MA
GONAGA
Artinya ; Apabila berdiri “sifat” itu
kepada “zat”.
Selanjutnya maka : - Kodrat Menjadi Kadirun
- Iradat menjadi Maridun
- Ilmu menjadi Aliimun
- Hayat menjadi Hayyun
- Syama’a menjadi Syamii’un
- Basyaar menjadi Basyiirun
- Kalam menjadi Mutakallimun
Sifat “MA-ANI” yang dikarenakan oleh sifat
“MAANAWIYAH” yaitu sifat yang melajimi sifat Maanawiyah menjadi nama zat itu,
karena kaya akan zat Allah sehingga berlajim-lajiman, sebagaimana besi disepuh
api dimanakah besi dan dimana pula api.jadi itulah besi dan itu pula api. Tiada
perbedaan keduanya.
“ JAGA ELI LAHA-LAHA SENIRONGA MAANAWIA “
Artinya “ Ingatlah baik-baik, karena namamu
Maanawia”
“ TO TUM NGOLO KADIM TO SIBALA RAHASIA ”
Artinya : Aku tenggelam/berenang dilaut
Kadim, dan saya timbul didalam rahasia
Itulah tujuh laut yaitu : Laut Akal, alaut
Pikir, laut Ilmu, laut Sabar, laut Tawakkal, laut Roh dan Hikmah, kemudian ia
bersabda didalam rahasia-Nya (Kebaqaan Allah).
Firman Allah : Wa fi An Fusikum afala
tubairun
Inilah beberapa bukti tentang kehadiran
Imam Ja’far Ash Shadiq di Tanah GAPI (AL GHAFILIN), tegasnya di Al Mamlakatul
Mulukiyyah atau Maluku sekarang ini. Ia diperjalankan dengan ilmu Allah SWT
karena “kodrat dan iradat” dan ia memiliki kemampuan ilmu yang luar biasa baik
dalam bentuk bahasa agama maupun dalam bentuk bahasa tradisional (Ternate) yang
khas dan semua itu adalah firman dan hadits-hadits “qudai” yang disusun dalam
bahasa tradisional Ternate oleh “Imam Asy Syarief Rafi’ah Tasyriiful Ja’far Ash
Shadiq sebagai Lambang Kesultanan Al Mamlakatul Mulukiyyah”. Masih banyak lagi
ungkapan-ungkapan Agama Tauhid ini, namun hanya sebagai perkenalan dan sekedar
membuktikan kehadiran beliau di Maluku Utara yang selanjutnya sebagai sumber
“Embrio” atau “Sumber Keturunan” para Ulama turun-temurun yang telah memenuhi
Bumi Persada Nusantara ini, bahkan sampai keluar negeri.
“ DARA TOLEFO MAPILA SORO GUDU TO NONAKO “
Artinya : Burung dara yang telah aku
tuliskan pada sayapnya, sekalipun ia telah terbang jauh aku tetap mengenalnya
Kalimat tersebut mengandung dua sasaran
pengertian yaitu :
Pertama : Bahwa Allah SWT perlu dan harus
dikenal, karena awal agama itu mengenal akan Allah-Taala
Kedua : Bahwa keturunanku telah Aku beri
tanda (ilmu dan hikmah sekalipun keturunan yang sudah jauh turun-temurun,
tetapi Aku akan mengenal mereka
“ DARA NGORI RI PIARA, GE SORO YORI
DAGO-DAGO “
Artinya : Burung dara yang Aku pelihara,
sekalipun kemudian ia terbang, tetapi ia akan tetap dalam kecintaanku karena
belahan jantungku.
Kalimat ini mengibaratkan bahwa Allah SWT
tetap bersama aku sampai pada akhirnya Aku wafat kembali ke Rahmat Allah. DIA
tetap bersama aku.
Dalam pengertiannya yang lain, bahwa
keturunanku yang aku pelihara sejak kecil, sekalipun mereka sudah menurunkan
keturunannya yang banyak dan terpencar-pencar ke negeri-negeri lain, namun
mereka adalah kecintaanku, buah-buah hatiku dan bagian dari aku.
Imam Ja’far Ash Shadiq, sungguh banyak
sekali jasanya di Maluku Utara dan terkenal sebagai “LEGENDARIS MOLOKU KIE
RAHA” yang sangat dicintai rakyatnya. Sebagai Sultan di AL MAMLAKATUL
MULUKIYYAH, ia diberi gelar “Asy Syarief Raf’ah Tasriful Ja’far Ash Shadiq
dimana salah satu ucapannya ketika memproklamirkan pemerintahannya, berbunyi
sebagai beriku :
Artinya : Mula-mula telah datang seorang
Ulama Asy Syaref Rafi’ah Tasyriful Ja’far Ash Shadiq yang Mulia untuk melaksanakan
da’wah Islam. Dan kami “Karuniai” (tetapkan) dengan musyawarah atas
Sultan-Sultan bersama Ulama Ja’far Ash Shadiq, menjalankan hukum Islam dan
Syariat
Sebuah “Momentum” dari 4 (empat) jalan
menuju Allah SWT telah disatukan dalam Ikatan tradisional “Moloku Kie Raha” dan
sebagai dasar pemerintahan “Al Mamlakatul Mulukiyyah” yang telah disahkan oleh
pemimpin Spritual “Imam Asy Syarief Rafi’ah Tasyriiful Ja’far Ash Shadiq” pada
hari selasa 21 Rabiul Akhir ± 135 H / 754 M. yang selanjutnya mengamanatkan kepada
Putra-Putra beliau yang telah dinobatkan menjadi Pemimpin (Sultan) pada
masing-masing negeri mereka, yaitu :
1. Syari’at keapada Putra Muhammad Al Baqir
di Al Makkiyah (Makian)./kini dipindahkan ke jailolo
2. Hakekat kepada Putra Achmad Shaani, di Al
Maoti (P. Moti)./dipindahkan ke bacan
3. Tarekat kepada Putra Muhammad Nuukil, di
Tadurrunal Adzaba (Tidore).
4. Ma’rifat kepada Putra Muhammad Nurus
Syafar di Tirnatil (Ternate).
Banyak versi bermunculan
kepermukaan khususnya mengenai sejarah yang satu ini sehingga mengundang
berbagai tanggapan dengan masing-masing argumentasi yang berbeda-beda. Baik itu
datangnya dari orang-orang Pribumi sendiri yang mendiami negeri ini
turun-temurun, maupun yang datangnya dari negeri lain, yang tidak mengerti
bahasa daerah Ternate atau sekitarnya.
Ada yang mengatakan namanya Jafar Noh yaitu
Nabi yang terdampar dengan Bahteranya, yang pada masa itu bumi masih lembut.
Ada yang mengatakan Baab Mansur alias Ja’far Shadiq sebagai Kolano Matiti.
Kesimpang siuran ini karena belum mengenal siapa sebenarnya “Imam Ja’far Ash
Shadiq”. Dari mana asal-usulnya, dari mana datangnya, mengapa dia harus datang
dan bagaimana ia datang ke negeri ini dan bagaiamana selanjutnya.
Banyak diantara mereka hanya menceritakan
begitu saja tanpa menganalisa, mengkaji ungkapan-ungkapan tradisional di Moloku
Kie Raha (Maluku Utara) ini, terus memberikan “persepsi” tanpa alasan dan
bahkan cerita-cerita rakyat yang diterima diterjemahkan menurut pikirannya
sendiri, pada hal ini harus diterjemahkan kembali karena “Mutasabihat”
(Pluralistik).
Ada yang lebih parah lagi karena langsung mengutip dari tulisan
Orientalis Barat yang memang sudah menyimpang jauh dari karunia sejarahnya
sebab bagaimanapun mereka adalah musuh Islam tempo dulu, dimana tahun, nama
pemimpin (Sultan) dipasang bolak-balik dengan maksud menghilangkan jejak Islam
di Maluku khususnya dan indonesia umunya. Seperti menghilangakn nama ulama sekaligus
pejuang islam maluku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar