Risal Blog
Mohon Maaf Jika Ada Kata2 yang salah, dan menyinggung... :)
Selasa, 01 Januari 2013
Kamis, 27 Desember 2012
Sekilas Riwayat Sultan Babullah
Sultan Baabullah ( 10 Februari 1528 - permulaan 1583 ) adalah sultan dan
penguasa Kesultanan Ternate ke-24 yang berkuasa antara tahun 1570 -
1583 , ia merupakan sultan Ternate dan Maluku terbesar sepanjang sejarah
yang berhasil mengalahkan Portugis dan mengantarkan Ternate ke puncak
keemasan di akhir abad ke-16 . Sultan Baabullah juga dijuluki sebagai
penguasa 72 pulau berpenghuni yang meliputi pulau–pulau di nusantara
bagian timur, Mindanao selatan dan kepulauan Marshall .
penguasa Kesultanan Ternate ke-24 yang berkuasa antara tahun 1570 -
1583 , ia merupakan sultan Ternate dan Maluku terbesar sepanjang sejarah
yang berhasil mengalahkan Portugis dan mengantarkan Ternate ke puncak
keemasan di akhir abad ke-16 . Sultan Baabullah juga dijuluki sebagai
penguasa 72 pulau berpenghuni yang meliputi pulau–pulau di nusantara
bagian timur, Mindanao selatan dan kepulauan Marshall .
Masa muda
Dilahirkan tanggal 10 Februari 1528 , kaicil (pangeran) Baab adalah putera
Sultan Khairun ( 1535 - 1570 ) dengan permaisurinya Boki Tanjung , puteri
Sultan Alauddin I dari Bacan. Sultan Khairun sangat memperhatikan
pendidikan calon penggantinya, sejak kecil pangeran Baab bersama saudara-
saudaranya telah digembleng oleh para mubalig dan panglima dimana ia
memperoleh pemahaman tentang ilmu agama dan ilmu perang sekaligus.
Sejak remaja ia juga telah turut mendampingi ayahnya menjalankan urusan
pemerintahan dan kesultanan.
Ketika pecah perang Ternate–Portugis yang pertama (1559 - 1567 ), Sultan
Khairun mengutus putera – puteranya sebagai panglima untuk menghantam
kedudukan Portugis di Maluku dan Sulawesi, salah satunya adalah pangeran
Baab yang kemudian tampil sebagai panglima yang cakap dan berhasil
memperoleh kemenangan bagi Ternate. Ternate sukses menahan ambisi
Portugis sekaligus memenangkan banyak wilayah baru.
Sultan Khairun ( 1535 - 1570 ) dengan permaisurinya Boki Tanjung , puteri
Sultan Alauddin I dari Bacan. Sultan Khairun sangat memperhatikan
pendidikan calon penggantinya, sejak kecil pangeran Baab bersama saudara-
saudaranya telah digembleng oleh para mubalig dan panglima dimana ia
memperoleh pemahaman tentang ilmu agama dan ilmu perang sekaligus.
Sejak remaja ia juga telah turut mendampingi ayahnya menjalankan urusan
pemerintahan dan kesultanan.
Ketika pecah perang Ternate–Portugis yang pertama (1559 - 1567 ), Sultan
Khairun mengutus putera – puteranya sebagai panglima untuk menghantam
kedudukan Portugis di Maluku dan Sulawesi, salah satunya adalah pangeran
Baab yang kemudian tampil sebagai panglima yang cakap dan berhasil
memperoleh kemenangan bagi Ternate. Ternate sukses menahan ambisi
Portugis sekaligus memenangkan banyak wilayah baru.
Penobatan sebagai Sultan
Kematian Sultan Khairun yang tragis memicu kemarahan rakyat dan juga
para raja di Maluku, dewan kerajaan atas dukungan rakyat lalu menobatkan
Kaicil Baab sebagai Sultan Ternate berikutnya bergelar Sultan Baabullah
Datu Syah . Dalam pidato penobatannya Sultan Baabullah bersumpah bahwa
ia akan berjuang untuk menegakkan kembali panji - panji Islam di Maluku dan
menjadikan kesultanan Ternate sebagai kerajaan besar serta melakukan
tindakan balasan sampai orang terakhir bangsa Portugis meninggalkan
wilayah kerajaannya.
para raja di Maluku, dewan kerajaan atas dukungan rakyat lalu menobatkan
Kaicil Baab sebagai Sultan Ternate berikutnya bergelar Sultan Baabullah
Datu Syah . Dalam pidato penobatannya Sultan Baabullah bersumpah bahwa
ia akan berjuang untuk menegakkan kembali panji - panji Islam di Maluku dan
menjadikan kesultanan Ternate sebagai kerajaan besar serta melakukan
tindakan balasan sampai orang terakhir bangsa Portugis meninggalkan
wilayah kerajaannya.
Pengumuman Perang Jihad
Sultan Baabullah tidak menunda waktu setelah penobatan dan pidato
pelantikan diucapkan. Perang Jihad diumumkan di seluruh negeri. Tak kalah
dengan ayahnya ia tampil sebagai koordinator yang handal dari berbagai
suku yang berbeda akar genealogis di nusantara bagian timur. Untuk
memperkuat kedudukannya Sultan Baabullah menikahi adik Sultan Iskandar
Sani dari Tidore . Raja – raja Maluku yang lainpun melupakan persaingan
mereka dan bersatu dalam satu komando di bawah Sultan Baabullah dan
panji Ternate, begitu pula raja – raja dan kepala suku di Sulawesi serta
Papua . Sultan Baabullah memiliki panglima – panglima yang handal, di
antaranya ; Raja Jailolo Katarabumi, salahakan (gubernur) Sula Kapita
Kapalaya , salahakan Ambon Kapita Kalakinka, dan Kapita Rubuhongi .
Menurut sumber Spanyol , dibawah panjinya Sultan Baabullah mampu
mengerahkan 2000 kora – kora dan 120.000 prajurit.
pelantikan diucapkan. Perang Jihad diumumkan di seluruh negeri. Tak kalah
dengan ayahnya ia tampil sebagai koordinator yang handal dari berbagai
suku yang berbeda akar genealogis di nusantara bagian timur. Untuk
memperkuat kedudukannya Sultan Baabullah menikahi adik Sultan Iskandar
Sani dari Tidore . Raja – raja Maluku yang lainpun melupakan persaingan
mereka dan bersatu dalam satu komando di bawah Sultan Baabullah dan
panji Ternate, begitu pula raja – raja dan kepala suku di Sulawesi serta
Papua . Sultan Baabullah memiliki panglima – panglima yang handal, di
antaranya ; Raja Jailolo Katarabumi, salahakan (gubernur) Sula Kapita
Kapalaya , salahakan Ambon Kapita Kalakinka, dan Kapita Rubuhongi .
Menurut sumber Spanyol , dibawah panjinya Sultan Baabullah mampu
mengerahkan 2000 kora – kora dan 120.000 prajurit.
Pasca pembunuhan Sultan Khairun, Sultan Baabullah menuntut penyerahan
Lopez de Mesquita untuk diadili. Benteng – benteng Portugis di Ternate yakni
Tolucco, Santo Lucia dan Santo Pedro jatuh dalam waktu singkat hanya
menyisakan Benteng Sao Paulo kediaman De Mesquita. Atas perintah
Baabullah pasukan Ternate mengepung benteng Sao Paulo dan memutuskan
hubungannya dengan dunia luar, suplai makanan dibatasi hanya sekedar
agar penghuni benteng bisa bertahan. Sultan Baabullah bisa saja menguasai
benteng itu dengan kekerasan namun ia tak tega karena cukup banyak rakyat
Ternate yang telah menikah dengan orang Portugis dan mereka tinggal
dalam benteng bersama keluarganya. Karena tertekan Portugis terpaksa
memecat Lopez de Mesquita dan menggantinya dengan Alvaro de Ataide
namun langkah ini tidak berhasil meluluhkan Baabullah.
Meskipun bersikap “lunak” terhadap Portugis di Sao Paulo, Sultan Baabullah
tidak melupakan sumpahnya, ia mencabut segala fasilitas yang diberikan
sultan Khairun kepada Portugis terutama menyangkut misi Jesuit. Ia
mengobarkan perang Soya – Soya (perang pembebasan negeri), kedudukan
Portugis di berbagai tempat digempur habis – habisan, tahun 1571 pasukan
Ternate berkekuatan 30 juanga yang memuat 3000 serdadu dibawah
pimpinan Kapita Kalakinka (Kalakinda) menyerbu Ambon dan berhasil
mendudukinya. Pasukan Portugis dibawah kapten Sancho de Vasconcellos
ang dibantu pribumi kristen berhasil memukul mundur pasukan Ternate di
pulau Buru untuk sementara namun segera jatuh setelah Ternate
memperbaharui serangannya kembali dibawah pimpinan Kapita Rubuhongi.
Tahun 1575 seluruh kekuasaan Portugis di Maluku telah jatuh dan suku-suku
atau kerajaan pribumi yang mendukung mereka telah berhasil ditundukkan
hanya tersisa benteng Sao Paulo yang masih dalam pengepungan. Selama
lima tahun orang-orang Portugis dan keluarganya hidup menderita dalam
benteng, terputus dari dunia luar sebagai balasan atas penghianatan mereka.
Sultan Baabullah akhirnya memberi ultimatum agar mereka meninggalkan
Ternate dalam waktu 24 jam. Mereka yang telah beristrikan pribumi Ternate
diperbolehkan tetap tinggal dengan syarat menjadi kawula kerajaan.
Kemenangan rakyat Ternate ini merupakan kemenangan pertama putera-
putera Nusantara atas kekuatan barat dan oleh Buya Hamka kemenangan
rakyat Ternate ini dipuji sangat penting karena menunda penjajahan barat
atas nusantara selama 100 tahun.
Demikianlah, tanggal 15 Juli 1575, orang Portugis pergi secara memalukan
dari Ternate, tak satupun yang disakiti. Mereka kemudian diperbolehkan
menetap di Ambon hingga 1576, setelah itu sebagian dari mereka pergi ke
Malaka dan sebagian lagi ke Timor dimana mereka menancapkan kekuasaan
mereka hingga 400 tahun kemudian....
Lopez de Mesquita untuk diadili. Benteng – benteng Portugis di Ternate yakni
Tolucco, Santo Lucia dan Santo Pedro jatuh dalam waktu singkat hanya
menyisakan Benteng Sao Paulo kediaman De Mesquita. Atas perintah
Baabullah pasukan Ternate mengepung benteng Sao Paulo dan memutuskan
hubungannya dengan dunia luar, suplai makanan dibatasi hanya sekedar
agar penghuni benteng bisa bertahan. Sultan Baabullah bisa saja menguasai
benteng itu dengan kekerasan namun ia tak tega karena cukup banyak rakyat
Ternate yang telah menikah dengan orang Portugis dan mereka tinggal
dalam benteng bersama keluarganya. Karena tertekan Portugis terpaksa
memecat Lopez de Mesquita dan menggantinya dengan Alvaro de Ataide
namun langkah ini tidak berhasil meluluhkan Baabullah.
Meskipun bersikap “lunak” terhadap Portugis di Sao Paulo, Sultan Baabullah
tidak melupakan sumpahnya, ia mencabut segala fasilitas yang diberikan
sultan Khairun kepada Portugis terutama menyangkut misi Jesuit. Ia
mengobarkan perang Soya – Soya (perang pembebasan negeri), kedudukan
Portugis di berbagai tempat digempur habis – habisan, tahun 1571 pasukan
Ternate berkekuatan 30 juanga yang memuat 3000 serdadu dibawah
pimpinan Kapita Kalakinka (Kalakinda) menyerbu Ambon dan berhasil
mendudukinya. Pasukan Portugis dibawah kapten Sancho de Vasconcellos
ang dibantu pribumi kristen berhasil memukul mundur pasukan Ternate di
pulau Buru untuk sementara namun segera jatuh setelah Ternate
memperbaharui serangannya kembali dibawah pimpinan Kapita Rubuhongi.
Tahun 1575 seluruh kekuasaan Portugis di Maluku telah jatuh dan suku-suku
atau kerajaan pribumi yang mendukung mereka telah berhasil ditundukkan
hanya tersisa benteng Sao Paulo yang masih dalam pengepungan. Selama
lima tahun orang-orang Portugis dan keluarganya hidup menderita dalam
benteng, terputus dari dunia luar sebagai balasan atas penghianatan mereka.
Sultan Baabullah akhirnya memberi ultimatum agar mereka meninggalkan
Ternate dalam waktu 24 jam. Mereka yang telah beristrikan pribumi Ternate
diperbolehkan tetap tinggal dengan syarat menjadi kawula kerajaan.
Kemenangan rakyat Ternate ini merupakan kemenangan pertama putera-
putera Nusantara atas kekuatan barat dan oleh Buya Hamka kemenangan
rakyat Ternate ini dipuji sangat penting karena menunda penjajahan barat
atas nusantara selama 100 tahun.
Demikianlah, tanggal 15 Juli 1575, orang Portugis pergi secara memalukan
dari Ternate, tak satupun yang disakiti. Mereka kemudian diperbolehkan
menetap di Ambon hingga 1576, setelah itu sebagian dari mereka pergi ke
Malaka dan sebagian lagi ke Timor dimana mereka menancapkan kekuasaan
mereka hingga 400 tahun kemudian....
(Sumber: Wikipedia)
Senin, 10 Desember 2012
Kajian sejarah islam di Jazirah Al-Mulk (Maluku)
Kelahiran Ja’far Ash Shadiq
Apa yang telah diisyaratkan oleh Allah SWT
melalui wahyu kepada Rasulullah SAW di Gua Tsur bersama sahabat Abu Bakar
adalah manifestasi dari isyarat “NUR” yang terlimpah dari hajaratnya yang suci
untuk membuktikan kebenaran dari pada “Isyarat wahyu Allah” itu tentang
kehadiran “Ja’far Ash Shadiq” bahwa ia dari keturunan Rasulullah SAW yang juga
menjelang kehadirannya melalui “AMINAH” telah diisyaratkan lewat para Nabi-nabi
sebelumnya.
Ja’far Ash Sahadiq atau
yang lebih populer di Maluku Utara ialah dengan nama “Nuh Ja’farus Shadiq”
lahir di Madinah dalam malam Jum’at bulan Rajab tahun 83 H. atau 702 Masehi
dari ibunya bernama “Farwah binti Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar Ash Shiddiq
dan dari bapaknya, Muhammad bin Ali Zainul Abidin bin Al Huasin bin Ali bin Abi
Thalib.
Sejarah islam barangkali belum pernah
mencatat tentang masuknya Islam di Maluku (Al Mamlakatul Mulukiyyah) dengan
pelaku sejarahnya “Imam Ja’far Ash Shadiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainul
Abidin, bin Al Husain bin Ali bin Abi Thalib pada kira-kira 125 H atau 744 M.
Sejarah perjuangan Imam Ja’far Ash Shadiq
lebih banyak dikenal di Medinah dan Irak sekitarnya dalam usaha mengembalikan
citra Islam yang telah dikaburkan oleh orang-orang Arab sendiri. Sedangkan
hijrahnya ke Al Ghafilin (Gapi) sampai terbentuknya pemerintahan “Al Mamlakatul
Mulukiyyah” jelas tidak akan diketahui orang sebab perjalannya melalui “Mi’raj”
yang dimulai dari “GUA TSUR” kemudian diperjalankan dan Allah SWT memberkahi
sekelilingnya tanda-tanda kekuasaan-Nya yang selanjutnya menjadi dasar
perjuangannya dan berakhir di Al Ghafilin (GAPI), tepatnya di FORAMADIAHI pada
awal “FAJAR” sekaligus melaksanakan Shalat Shubuh (bandingkan Namanya,
Shalatnya dan waktu subuhnya) adalah “Totalitas” yang bukan lain daripadanya.
Satu kemungkinan yang barangkali dapat diterima akal manusia ialah selama masa
persembunyian beliau yang jelas tidak diketahui orang, kecuali Allah SWT karena
“kodrat dan Iradat-Nya” untuk mengembangkan Islam dan Risalahnya di Timur Jauh
yang dimulainya di Al Ghafilin (GAPI). Kemungkinan yang lain ialah bahwa Imam
Ja’far sendiri tentu tidak akan memberitahukan persembunyiannya dan maksud
hatinya sendiri, kecuali kalau para ilmuan dan ahli-ahli sejarah Islam kembali
mengkaji dan mengartikan maksud dari sebuah “Hadits” Nabi SAW. Yang kurang
lebih berbunyi sebagai berikut :
“ Akan datang suatu zaman (Sya’ti zamani)
Dia (Ja’far Ash Shadiq) dari keturunanku dikemudian hari melalui anakku
(Putriku) Fatimatuz Zuhriyyah, akan membuat perubahan yang besar di Timur,
(sambil jari telunjuk Nabi SAW menunjuk ke arah Timur)”.
Jika Kita menarik Garis lurus dari Madinah,
Bintang di sebelah Timur adalah pasti melewati Nusantara ini .
- Jika Waktu dunia jadi berkiblat di Makkah bukan Inggis, tengahnya adalah Nusantara ini Kalau saya bilang nusantara bukan hanya indonesia dan malaysia saja tapi mencakup filipina dan thailand bagian selatan. Berarti 0 derajat di Makkah dan Timur sudut 45 derajat adalah Nusantara ini.
- Sahabat yang paling dekat dengan Rasulullah saw adalah Sayyidina Abu Bakar ra, Sayyidina Abubakar memiliki cicit Asma binti Abdurrahman bin Abu Bakar Ash Shiddiq dan Ummu Farwah binti Al Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar Ash Shiddiq. Ummu Farwah ini adalah Ibu dari pada Imam Ja`far bin Muhammad bin Ali Zainal Abidin bin Al Husain bin Ali bin Abu Thalib. Sehingga beliau mencela kaum Syiah yang menghina Datuknya Abu Bakkar Assyidiq ra. dan mengatakan
"Aku dilahirkan oleh Abu Bakar dua kali. (Syiar `A`lam An Nubala : 259)
Imam-imam inilah yang menjadi Datuk Para Sultan Nusantara,Wali, Ulama Nusantara, termasuk Wali Songo.
- Jika Waktu dunia jadi berkiblat di Makkah bukan Inggis, tengahnya adalah Nusantara ini Kalau saya bilang nusantara bukan hanya indonesia dan malaysia saja tapi mencakup filipina dan thailand bagian selatan. Berarti 0 derajat di Makkah dan Timur sudut 45 derajat adalah Nusantara ini.
- Sahabat yang paling dekat dengan Rasulullah saw adalah Sayyidina Abu Bakar ra, Sayyidina Abubakar memiliki cicit Asma binti Abdurrahman bin Abu Bakar Ash Shiddiq dan Ummu Farwah binti Al Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar Ash Shiddiq. Ummu Farwah ini adalah Ibu dari pada Imam Ja`far bin Muhammad bin Ali Zainal Abidin bin Al Husain bin Ali bin Abu Thalib. Sehingga beliau mencela kaum Syiah yang menghina Datuknya Abu Bakkar Assyidiq ra. dan mengatakan
"Aku dilahirkan oleh Abu Bakar dua kali. (Syiar `A`lam An Nubala : 259)
Imam-imam inilah yang menjadi Datuk Para Sultan Nusantara,Wali, Ulama Nusantara, termasuk Wali Songo.
Hubungkan hadits ini dengan isyarat wahyu Allah SWT kepada Nabi ketika bersama sahabat “ABU BAKAR RA” di Gua Tsur tempo dulu. Siapa saja, boleh tidak menerima sepanjang dapat memberikan alasan-alasan dan argumen-argumen yang tepat dan dapat diterima akal yang sehat dan jangan karena didorong oleh nafsu atau karena sesuatu kepentingan.
Al Ghafilin dan Gapi versi Ternate,
barangkali merupakan bukti kebenaran itu, karena selain mempunyai arti yang
sama yaitu “yang dilupakan” juga ucapannya yang hampir bersamaan. Begitu pula
kalau kita melirik bukti yang lain seperti yang terdapat dalam bagian awal dari
Firman Allah SWT berikut ini : “Tubaddilul Ajasadu” dan kata “FORAMADIAHI” yang
juga mengandung arti yang sama yaitu “Tergantu atau tersalin”. Sebuah ungkapan
dalam bahasa tradisional Ternate yang diciptakan oleh Imam Ja’far Ash Shadiq
sekaligus membenarkan pengetahuan Ushuluddin dengan Empat Maqam Tauhid, ialah
berbunyi sebagai beriku :
“ NAKO KOKO TOMA SIFAT GE TOMA ZAT MA
GONAGA
Artinya ; Apabila berdiri “sifat” itu
kepada “zat”.
Selanjutnya maka : - Kodrat Menjadi Kadirun
- Iradat menjadi Maridun
- Ilmu menjadi Aliimun
- Hayat menjadi Hayyun
- Syama’a menjadi Syamii’un
- Basyaar menjadi Basyiirun
- Kalam menjadi Mutakallimun
Sifat “MA-ANI” yang dikarenakan oleh sifat
“MAANAWIYAH” yaitu sifat yang melajimi sifat Maanawiyah menjadi nama zat itu,
karena kaya akan zat Allah sehingga berlajim-lajiman, sebagaimana besi disepuh
api dimanakah besi dan dimana pula api.jadi itulah besi dan itu pula api. Tiada
perbedaan keduanya.
“ JAGA ELI LAHA-LAHA SENIRONGA MAANAWIA “
Artinya “ Ingatlah baik-baik, karena namamu
Maanawia”
“ TO TUM NGOLO KADIM TO SIBALA RAHASIA ”
Artinya : Aku tenggelam/berenang dilaut
Kadim, dan saya timbul didalam rahasia
Itulah tujuh laut yaitu : Laut Akal, alaut
Pikir, laut Ilmu, laut Sabar, laut Tawakkal, laut Roh dan Hikmah, kemudian ia
bersabda didalam rahasia-Nya (Kebaqaan Allah).
Firman Allah : Wa fi An Fusikum afala
tubairun
Inilah beberapa bukti tentang kehadiran
Imam Ja’far Ash Shadiq di Tanah GAPI (AL GHAFILIN), tegasnya di Al Mamlakatul
Mulukiyyah atau Maluku sekarang ini. Ia diperjalankan dengan ilmu Allah SWT
karena “kodrat dan iradat” dan ia memiliki kemampuan ilmu yang luar biasa baik
dalam bentuk bahasa agama maupun dalam bentuk bahasa tradisional (Ternate) yang
khas dan semua itu adalah firman dan hadits-hadits “qudai” yang disusun dalam
bahasa tradisional Ternate oleh “Imam Asy Syarief Rafi’ah Tasyriiful Ja’far Ash
Shadiq sebagai Lambang Kesultanan Al Mamlakatul Mulukiyyah”. Masih banyak lagi
ungkapan-ungkapan Agama Tauhid ini, namun hanya sebagai perkenalan dan sekedar
membuktikan kehadiran beliau di Maluku Utara yang selanjutnya sebagai sumber
“Embrio” atau “Sumber Keturunan” para Ulama turun-temurun yang telah memenuhi
Bumi Persada Nusantara ini, bahkan sampai keluar negeri.
“ DARA TOLEFO MAPILA SORO GUDU TO NONAKO “
Artinya : Burung dara yang telah aku
tuliskan pada sayapnya, sekalipun ia telah terbang jauh aku tetap mengenalnya
Kalimat tersebut mengandung dua sasaran
pengertian yaitu :
Pertama : Bahwa Allah SWT perlu dan harus
dikenal, karena awal agama itu mengenal akan Allah-Taala
Kedua : Bahwa keturunanku telah Aku beri
tanda (ilmu dan hikmah sekalipun keturunan yang sudah jauh turun-temurun,
tetapi Aku akan mengenal mereka
“ DARA NGORI RI PIARA, GE SORO YORI
DAGO-DAGO “
Artinya : Burung dara yang Aku pelihara,
sekalipun kemudian ia terbang, tetapi ia akan tetap dalam kecintaanku karena
belahan jantungku.
Kalimat ini mengibaratkan bahwa Allah SWT
tetap bersama aku sampai pada akhirnya Aku wafat kembali ke Rahmat Allah. DIA
tetap bersama aku.
Dalam pengertiannya yang lain, bahwa
keturunanku yang aku pelihara sejak kecil, sekalipun mereka sudah menurunkan
keturunannya yang banyak dan terpencar-pencar ke negeri-negeri lain, namun
mereka adalah kecintaanku, buah-buah hatiku dan bagian dari aku.
Imam Ja’far Ash Shadiq, sungguh banyak
sekali jasanya di Maluku Utara dan terkenal sebagai “LEGENDARIS MOLOKU KIE
RAHA” yang sangat dicintai rakyatnya. Sebagai Sultan di AL MAMLAKATUL
MULUKIYYAH, ia diberi gelar “Asy Syarief Raf’ah Tasriful Ja’far Ash Shadiq
dimana salah satu ucapannya ketika memproklamirkan pemerintahannya, berbunyi
sebagai beriku :
Artinya : Mula-mula telah datang seorang
Ulama Asy Syaref Rafi’ah Tasyriful Ja’far Ash Shadiq yang Mulia untuk melaksanakan
da’wah Islam. Dan kami “Karuniai” (tetapkan) dengan musyawarah atas
Sultan-Sultan bersama Ulama Ja’far Ash Shadiq, menjalankan hukum Islam dan
Syariat
Sebuah “Momentum” dari 4 (empat) jalan
menuju Allah SWT telah disatukan dalam Ikatan tradisional “Moloku Kie Raha” dan
sebagai dasar pemerintahan “Al Mamlakatul Mulukiyyah” yang telah disahkan oleh
pemimpin Spritual “Imam Asy Syarief Rafi’ah Tasyriiful Ja’far Ash Shadiq” pada
hari selasa 21 Rabiul Akhir ± 135 H / 754 M. yang selanjutnya mengamanatkan kepada
Putra-Putra beliau yang telah dinobatkan menjadi Pemimpin (Sultan) pada
masing-masing negeri mereka, yaitu :
1. Syari’at keapada Putra Muhammad Al Baqir
di Al Makkiyah (Makian)./kini dipindahkan ke jailolo
2. Hakekat kepada Putra Achmad Shaani, di Al
Maoti (P. Moti)./dipindahkan ke bacan
3. Tarekat kepada Putra Muhammad Nuukil, di
Tadurrunal Adzaba (Tidore).
4. Ma’rifat kepada Putra Muhammad Nurus
Syafar di Tirnatil (Ternate).
Banyak versi bermunculan
kepermukaan khususnya mengenai sejarah yang satu ini sehingga mengundang
berbagai tanggapan dengan masing-masing argumentasi yang berbeda-beda. Baik itu
datangnya dari orang-orang Pribumi sendiri yang mendiami negeri ini
turun-temurun, maupun yang datangnya dari negeri lain, yang tidak mengerti
bahasa daerah Ternate atau sekitarnya.
Ada yang mengatakan namanya Jafar Noh yaitu
Nabi yang terdampar dengan Bahteranya, yang pada masa itu bumi masih lembut.
Ada yang mengatakan Baab Mansur alias Ja’far Shadiq sebagai Kolano Matiti.
Kesimpang siuran ini karena belum mengenal siapa sebenarnya “Imam Ja’far Ash
Shadiq”. Dari mana asal-usulnya, dari mana datangnya, mengapa dia harus datang
dan bagaimana ia datang ke negeri ini dan bagaiamana selanjutnya.
Banyak diantara mereka hanya menceritakan
begitu saja tanpa menganalisa, mengkaji ungkapan-ungkapan tradisional di Moloku
Kie Raha (Maluku Utara) ini, terus memberikan “persepsi” tanpa alasan dan
bahkan cerita-cerita rakyat yang diterima diterjemahkan menurut pikirannya
sendiri, pada hal ini harus diterjemahkan kembali karena “Mutasabihat”
(Pluralistik).
Ada yang lebih parah lagi karena langsung mengutip dari tulisan
Orientalis Barat yang memang sudah menyimpang jauh dari karunia sejarahnya
sebab bagaimanapun mereka adalah musuh Islam tempo dulu, dimana tahun, nama
pemimpin (Sultan) dipasang bolak-balik dengan maksud menghilangkan jejak Islam
di Maluku khususnya dan indonesia umunya. Seperti menghilangakn nama ulama sekaligus
pejuang islam maluku
Jumat, 07 Desember 2012
Unamazing Spiderman
Jika kita menoleh ke belakang atau mencari titik akhir dari alam
material, maka kita akan menemukan benda pertama dan terkecil di
dalamnya, yang disebut dengan partikel atom, energi, atau apa pun
namanya. Yang pasti, terdapat sebuah entitas material yang merupakan
asal-muasal alam yang kompleks ini. Ia sangat kecil dan kuat sekali.
Di antara atom, ada yang beruntung menjadi benda dan entitas fisikal
(molekul) serta menyandang ciri-ciri esensial: cair, padat, atau gas. Air, batu, dan udara pun menempati level berikutnya, yang meninggalkan partikel pada level atomiknya.
Ada sekelompok benda yang berevolusi hingga mampu berkembang. Ia
menjadi benda yang berkembang (tetumbuhan), mulai dari akar, bunga,
tangkai, putik, buah, biji, dan daun. Ia bukan sekadar benda tetapi
berkembang, mekar, dan layu. Ia bahkan dapat bernafas: menghirup udara
dan menghembuskannya.
Di antara tetumbuhan, ada sekelompok maujud yang naik ke level
berikutnya dan menyandang sejumlah identitas pelengkap seperti
“berpenginderaan” dan “berperasaan”. Ia bukan hanya benda yang
berkembang dan dinamis tetapi juga memiliki naluri dan emosi. Ia bisa
merasakan benci, cinta, sayang, sedih, dan bahagia. Ia bahkan memiliki
keterikatan untuk melakukan kontak seksual dan bereproduksi.
Di tengah hewan-hewan, ada yang beruntung menyandang identitas
tambahan dan menjadi “berakal”. Ia tidak hanya entitas yang berperasaan
dan melakukan penginderaan, tetapi mempunyai alat untuk membedakan benar
dan salah; baik dan buruk; indah dan kacau. Ia pun mampu menentukan
kesempurnaan dan kepatutan.
Ia adalah maujud unik (satu-satunya) yang menjadi miniatur dari semua
makhluk alam ini. Semua representasi kebendaan ada di dalamnya. Ia
bahkan terdiri dari tiga lapis: ruh, jiwa, dan raga. Ia merdeka dalam
berkehendak bila dibandingkan dengan entitas-entitas pada level di
bawahnya: binatang dan tetumbuhan. Dibanding makhluk-makhluk lainnya, ia
telah menikmati kebebasan berkehendak secara lebih sempurna meskipun
sarananya kadang lemah. Dialah manusia. Allah berfirman, Dan manusia
diciptakan dalam keadaan lemah (QS. an-Nisa:27).
Ironisnya, ada saja manusia yang secara sukarela terjun bebas ke
level terendah sembari melepas semua identitas-identitas
kesempurnaannya. Ia puas dengan identitas ‘atomman’. Ia lebih keras
daripada batu karena mengabaikan hati nurani, memakzulkan logika, serta
mencerabut ciri-ciri kesempurnaannya. Dalam al-Quran, ia disebutkan,
laksana batu, bahkan lebih keras.
Ada pula yang memilih untuk menjadi batu atau pasir seraya
menanggalkan identitas hewani dan insaninya. Ia puas menyandang predikat
‘stoneman’ atau ‘sandman’ yang tidak bisa tegak tanpa perekat. Ia bagai
debu yang berhamburan diterpa badai. Mereka bagaikan batu-batu. Ia
tidak punya indera, tuli, buta, dan mati rasa. Ia hanya mengisi ruang,
statis, dan jumud (padat).
Ada yang memutuskan untuk menjadi penghuni level tetumbuhan. Ia hanya
peduli dengan ‘pertumbuhan’. Ia sangat merisaukan penampilan fisik
serta mengkhawatirkan kelayuan, kerutan di wajah, dan lemak di tubuh. Ia
seringkali menyesali bentuk-bentuk fisiknya: hidung yang terlalu
mancung atau terlalu pesek, sehingga berpikir untuk ‘mempermaknya’. Ia
sangat merisaukan ukuran tubuh atau siluet di perutnya karena bersalin.
Ia bagaikan ‘vegetableman’, ‘woodman’ atau ‘jengkolman’ karena, baginya,
pertumbuhan adalah puncak kesempurnaan. Ada pula yang tumbuh
superagresif sehingga menjadi ‘parasitman’ yang merusak apa pun yang di
sekitarnya.
Ada pula yang memilih bertahan di ‘kebun binatang’ dan puas dengan
menjadi ‘spiderman’, ‘batman’, ‘elephantman’, atau lainnya karena,
baginya, yang terpenting adalah birahi, kepuasan, keliaran, dan
kebebasan. Sebagian dari mereka mengalami mutasi menjadi lalat yang
berpesta dalam tong sampah, mendistribusikan fitnah, menebar dusta, dan
bahkan merawat kebencian. Sebagian lagi menjadi an’âm (hewan rumahan)
yang tidak memiliki kemandirian sikap dan pendapat. Ada pula yang
menjadi liar dan buas bagai aligator atau piranha. Ia tidak merisaukan
soal benar dan salah, patut dan tidak patut, apalagi legal dan ilegal.
Baginya, yang terpenting adalah kepuasan yang memanjakan perut dan
kelamin, dan al-Quran menyebutnya sebagai “lebih keras (buas).”
Manusia sejati adalah ia yang tidak hanya puas sebagai makhluk
berakal, tetapi bergerak ke atas menjadi pengiman Tuhan, agama, dan hari
kebangkitan. Karena keyakinan inilah, Ali bin Abi Thalib berani
memanaskan sepotong besi lalu mendekatkannya ke tubuh saudaranya, Aqil
bin Abi Thalib setelah Aqil memohon untuk diberi dana “non-budgeter”
dari baitulmal. Saat Aqil merintih kesakitan, Ali berkata, “Wahai Aqil,
saudaraku! Apakah kau menangis karena besi ini, padahal ia dibuat oleh
manusia? Lalu, mengapakah engkau suruh aku melakukan sesuatu yang akan
membuatmu terbakar oleh besi panas yang disiapkan Allah di akhirat?”
Rupanya di era mikrochip ini, manusia sejati (tanpa embel-embel
‘kebinatangan’) sudah dianggap ‘kurang manusiawi’. Karena itulah, kini
yang mulai dipandang sebagai idola dan tumpuan harapan (sekaligus jurus
meraih keuntungan) adalah para kelelawar, laba-laba, pinguin, dan
mungkin masih banyak lagi. Jadi, welcome to the jungle.
Sumber : Muhsin Labib for Wisdom of Success
Langganan:
Postingan (Atom)